29 Maret 2011

Kecerdasan Imam Bukhori
Ahmad ibn ‘Adi al-Hafidz menuturkan : Aku mendengar beberapa Syaikh di Baghdad bercerita seperti ini :
Suatu ketika, Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari datang ke Baghdad. Rupanya, para ahli hadis mendengar itu. Lalu, mereka pun berkumpul dan sepakat ingin menguji hafalanya. Mereka mengumpulkan seratus hadist dan kemudian mengacak matan dan sanadnya: mereka menempatkan sanad hdist yang satu ke sanad hadist yang lain, dan matan hadist yang satu ke matan hadist yang lain. Lalu, meraka membagi hadist-hadist yang sudah di acak kepada sepuluh orang dan masing-masing mendapat sepuluh hadist. Adapun tugas kesepuluh orang itu adalah mengajukanya kepada Bukhari.
Setelah semua persiapan selesai, mereka mengundang Bukhari untuk dating ke mejelis yang telah mereka tentukan hari dan tempatnya. Hari yang ditentukan pun tiba. Orang- orang datang berduyun- duyun ketempat yang ditentukan. Bahkan, ikut hadir dalam majelis itu sejumlah penduduk khurasan dan Baghdad yang tidak mereka kenal. Ketika suasana sudah tenang, salah seorang dari sepuluh orang yang ditugaskan untuk menguji tadi maju mendekati Bukhari dan membacakan satu dari sepuluh hadist yang mereka sudah acak sanad dan matanya. Setelah itu, orang itu bertanya kepada Bukhari tentang status hadist tersebut.
Bukhari menjawab ,” Aku tidak mengetahuinya.” Namun, Petugas it uterus membacakan Kesepuluh hadist yang menjadi bagianya secara berurutan. Dan Bukhari, selalu menjawab seperti itu setiap kali satu hadist selesai dibacakan oleh orang tersebut.
Sementara para ulama hadist yang hadir pada saat itu, mereka saling pandang setiap kali mendengar jawaban Bukhari itu. Lalu, mereka berbisik,” Orang ini faham.” Adapun orang-orang yang tidak mengetahui awal cerita dari perkumpulan hari itu, mereka menganggap Bukhari sebagai orang yang lemah dan sedikit hafalanya.
Meski demikian, kesepuluh orang yang sudah dipersiapkan untuk menguji Bukhari tadi, secara bergantian terus membacakan hadist-hadist yang sudh mereka acak tersebut. Dan seperti itu kepada si penguji pertama, Bukhari selalu menjawab,” Aku tidak mengetahuinya.” Demikian pula jawaban Bukhari kepada penguji kedua, ketiga sampai kesepuluh.
Dan kesepuluh penguji tadi melaksanakan tugasnya, Bukhari menoleh kepada orang yang pertama. Lalu, ia berkata kepadanya,” mengenai hadist yang pertama kamu bacakan kepadaku tadi, kamu membacanya ‘ bagini ‘. Padahal, yang benar ‘ begini’. Hadist yang kedua, engkau membacanya ‘ begini’ sementara yang benar ‘ begini’. Begitulah, Bukhari terus mengomentari dan mengoreksi kesepuluh hadist yang dibacakan oleh orang pertama itu sampai selesai. Selesai dengan orang yang pertama, ia melanjutkanya kepada orang yang kedua, ketiga hingga orang kesepuluh. Walhasil, akhirnya orang-orang pun mengakui kekuatan hafalan dan kecerdasanya.
(Disarikan dari kitab Syumu’ laa Tanthafi’, Abu Malik Muhammad ibn Abdul Wahab)

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh,,,
Mohon teman2 yang mengunjungi blog ini untuk meninggalkan sepatah dua patah kata pada blog ini. Syukron