Berbicara tentang Al Quran, berarti membahas tentang suatu kitab yang suci nan sakral. Al Quran sebagai rahamat linnas wa rahmatal lil ‘alamiin, menjadikan kitab suci ini sebagai landasan dan huda
dalam menapak jejak kehidupan di dunia ini.Dalam Al Quran yang menjadi
mukjizat Rasulullah Saw, didalamnya banyak terkandung hikmah dan
interpretasi yang luas, sehingga ketika membaca Al Quran maka kita akan
mendapatkan makna-makna yang lain ketika kita membacanya lagi. Inilah
yang menjadikan Al Quran terasa nikmat ketika dibaca dan terasa tenang
dihati ketika mendengarnya, walaupun yang mendengarnya itu seorang ‘Ajami yang tidak paham bahasa Al Quran.
Dalam bermuamalah dengan Al Quran,
terkadang kita mendapatkan ayat-ayat yang sulit untuk dipahami
maksudnya. kita memerlukan sebuah perangkat untuk memahami kandungan Al
Quran, yang kita kenal dengan istilah tafsir. bahkan sahabat nabi
terkadang masih sulit untuk memahami Al Quran. Sehingga ketika para
sahabat tidak mengetahui makna atau maksud suatu ayat dalam Al Quran,
mereka langsung merujuk kepada Rasulullah dan menanyakan hal tersebut.
Sebagai umat Islam yang baik,
tentunya kita tidak pernah luput dalam bersentuhan dengan Al Quran,
setidaknya dengan senantiasa membacanya.Namun apakah cukup hanya dengan
membacanya saja? tentunya untuk meningkatkan kualitas kita dalam bergaul
dengan Al Quran, dan untuk merasakan mukjizat Al Quran lebih dalam,
adalah disamping kita membacanya, kita juga membaca dan menelaah
tafsir-tafsir sebagai bayan atau yang menjelaskan dari Al Quran itu sendiri.
Salah satu jalan yang ditempuh dalam
bergelut dalam dunia tafsir, setidaknya dengan mengetahui pengarang dan
metodologi yang dipakai dalam menginterpretasi Al Quran.Pada makalah
yang singkat ini, penulis mencoba memaparkan salah satu mufassir
terkenal, mufassir yang keilmuannya tidak ada yang menandingi pada
zamannya, dialah Fakhruddin Ar Razi.
Biografi Fakhruddin Ar Razi
Nama lengkap beliau Abu Abdillah,
Muhammad bin Umar bin Alhusain bin Alhasan Ali, At Tamimi, Al Bakri At
Thabaristani Ar Rozi. beliau di juluki sebagai Fakhruddiin ( kebanggaan islam), dan dikenal dengan nama Ibnu Al khatiib, yang bermadzhabkan Syafi’i. Beliau lahir pada tahun 544 H.[1][1]
Imam Fakhruddin Ar Razi tidak ada yang menyamai keilmuan pada masanya, ia seorang mutakallim
pada zamannya, ia ahli bahasa, ia Imam tafsir dan beliau sangat unggul
dalam berbagai disiplin ilmu. Sehingga banyak orang-orang yang datang
dari belahan penjuru negeri, untuk meneguk sebagian dari keluasan ilmu
beliau. Imam Fakhruddin dalam memberikan hikmah pelajaran beliau
menggunakan bahasa arab dan bahasa asing.
Ia juga seorang dokter pada zamannya.
Imam Fakhruddin telah menulis beberapa komentar terhadap buku-buku
kedokteran. Pada usia 35 tahun, ia telah menerangkan bagian-bagian yang
sulit dari al-qanun fi al-tibb kepada seorang dokter terkemuka di Sarkhes, yaitu Abd al-Rahman bin Abd al-Karim.
Imam Fakhruddin Ar Razi wafat pada
tahun 606 H. Dikatakan beliau meninggal, ketika beliau berselisih
pendapat dengan kelompok Al karamiah tentang urusan aqidah, mereka
sampai mengkafirkan Fakhruddin Ar Razi, kemudian dengan kelicikan dan
tipu muslihat, mereka meracuni Ar Razi, sehingga beliau meninggal dan
menghadap pada Rabbi Nya[2][2]
Karya-karya Imam Fakhruddin Ar Razi
Imam Fakhruddin Ar Razi menguasai
berbagai bidang keilmuan seperti al-Qur’an, al-Hadith, tafsir, fiqh,
usul fiqh, sastra arab, perbandingan agama, filsafat, logika,
matematika, fisika, dan kedokteran. Selain telah menghafal al-Qur’an dan
banyak al-Hadits, Fakhruddin al-Razi telah menghafal beberapa buku
seperti al-Shamil fi Usul al-Din, karya Imam al-Haramain, al-Mu‘tamad karya Abu al-Husain al-Basri dan al-Mustasfa
karya al-Ghazali. Intelektual sezaman dengan Fakhruddin al-Razi; di
antaranya Ibn Rushd, Ibn Arabi, Sayfuddin al-Amidi dan Al-Suhrawardi.
Kecerdasan dan keilmuan beliau sangat
tinggi, berbagai macam ilmu dipelajari dan dikuasainya, hal itu bisa
dibuktikan dengan kitab-kitab karangan beliau, yang terdiri dari
berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, dan tak heran jika Ibnu Katsir
dalam bidayah wan nihayahnya menyebutkan, bahwa karya tulis
beliau mencapai sekitar dua ratusan buku. Dan kini karangan-karangan
beliau tersebar diseluruh Negara, diantaranya adalah :
- At Tafsir Al Kabiir atau yang kita kenal dengan Mafaatihul Gaib.
- Al arba’in fi ushuluddiin
- Ahkamul qiyaasi As syar’i
- Al mahsul fi ilmi usul fiqh
- Mukhtashar akhlak
- Al mantiqul kabiir
- Tafsir Al-Fatihah
- Tafsir Surah Al-Baqarah ala Wajhi Aqli la Naqli
- Tafsir Mafatihul Ulum
- Nihayatul Uqul fi Dirayatil Ushul
- Ta’sisut Taqdis
- Tahshilul Haq
- Al-Khamishin fi Ushuliddin
- Ishmatul Anbiya’
- Hudutsul Alaam
- Sarh Asmaulllah Al-Husna
- AL-Muhshil fi Ilmil Kalam
- Thariqah fil Kalam
- Az-Zubdah fi Ilmil Kalam
- AL-Mulakhash fil Falsafah
- Lubabul Isyaraat
- Mabahitusl Jidal
- Sarh Nahjul Balaghah
- Al-Muharrar fi Haqaiqin Nahwi
- Manaqib Imam Syafi’i
Dan masih banyak lagi
karangan-karangan beliau yang penulis tidak bisa sebutkan disini.
Setidaknya kita bisa mengambil contoh dari kehidupan Intelektual Imam
Fakhruddin Ar-Razi yang mampu menulis banyak karya. 6 karya dalam ilmu
Tafsir, 20 karya dalam ilmu Kalam, 9 karya dalam bidang filsafat, 6
karya dalam ilmu Filsafat dan Kalam, 5 karya dalam Logika, 2 dalam
Matematika, 6 karya dalam ilmu Kedokteran,(48 karya dalam MIPA) 9 karya
dalam ilmu Syariah, 4 karya dalam bidang sastra, dan masih puluhan lagi
karyanya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya. Masih banyak
juga karyanya masih dalam bentuk manuskrip dan belum dikaji.
Sekilas tentang Tafsir Kabiir
Tafsir Mafaihul Ghaib atau yang dikenal
sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan sebagai tafsir bir ra’yi (tafsir
yang menggunakan pendekatan aqli), dengan pendekatan Mazhab Syafi’iyyah
dan Asy’ariyah. Tafsir ini merujuk pada kitab Az-Zujaj fi Ma’anil Quran,
Al-Farra’ wal Barrad dan Gharibul Quran, karya Ibnu Qutaibah dalam
masalah gramatika.
Riwayat-riwayat tafsir bil ma’tsur
yang jadi rujukan adalah riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah,
Sudai, Said bin Jubair, riwayat dalam tafsir At-Thabari dan tafsir
Ats-Tsa’labi, juga berbagai riwayat dari Nabi saw, keluarga, para
sahabatnya serta tabi’in.
Sedangkan tafsir bir ra’yi yang jadi
rujukan adalah tafsir Abu Ali Al-Juba’i, Abu Muslim Al-Asfahani, Qadhi
Abdul Jabbar, Abu Bakar Al-Ashmam, Ali bin Isa Ar-Rumaini,
Az-Zamakhsyari dan tafsir Abul Futuh Ar-Razi.
Ada riwayat yang menjelaskan bahwa
Ar-Razi tidak menyelesaikan tafsir ini secara utuh. Ibnu Qadi Syuhbah
mengatakan, “Imam Ar Razi belum menyelesaikan seluruh tafsirnya”.
Ajalnya menjemputnya sebelum ia menyelesaikan tafsir Al Kabiir. Ibnu Khulakan dalam kitabnya wafiyatul a’yan nya
juga berkata demikian.Jadi siapa yang menyempurnakan dan menyelesaikan
tafsir ini?dan sampai dimana beliau mengerjakan tafsirnya?[3][4]
Ibnu hajar Al ‘Asqalani menyatakan
pada kitabnya ,” Yang menyempurnakan tafsir Ar Razi adalah Ahmad bin
Muhammad bin Abi Al Hazm Makky Najamuddin Al Makhzumi Al Qammuli, wafat
pada tahun 727 H, beliau orang mesir.[4][5] Dan penulis kasyfu Ad dzunuun
juga menuturkan,” Yang merampungkan tafsir Ar Razi adalah Najamuddin
Ahmad bin Muhammad Al Qamuli, dan beliau wafat tahun 727 H. Qadi Al
Qudat Syahabuddin bin Khalil Al Khuway Ad Dimasyqy, juga menyempurnakan
apa yang belum terselesaikan, beliau wafat tahun 639 H.[5][6]
Kemudian, sampai dimana Ar Razi terhenti dalam menulis tafsirnya? DR. Muhammad Husain Ad Zahabi menjelaskan pada kitabnya tafsir al mufassiruun,” Imam Fakhruddin telah menulis tafsirnya sampai surah Al Anbiya, setelah itu datang Syahabuddin Al Khuway melanjutkan tafsir ini, namun beliau belum menyelesaikan seluruhnya, kemudian datang Najamuddin Al Qamuli
menyempurnakan tafsir Ar Razi. Ad Zahabi juga mengatakan bisa jadi yang
menyelesaikan tafsir Ar Razi sampai akhir adalah Al Khuway.
Namun, Sayyid Muhammad Ali Iyazi,
dengan merujuk pada keterangan Syaikh Muhsin Abdul Hamid, memberikan
klarifikasi bahwa sekelompok mufasir era belakangan yang meneliti
tafsir ini menetapkan kitab tafsir ini sebagai karya mandiri dari
Ar-Razi secara utuh.
Lepas dari polemik di atas, ini adalah
salah satu kitab tafsir bir ra’yi yang paling komprehensif, karena
menjelaskan seluruh ayat Al Quran dengan pendekatan logika. Sang
pengarang berusaha menangkap substansi atau ruh makna yang terkandung
dalam teks Al Quran.
Adapun maksud tafsir ini dan segala uraiannya, antara lain:
Pertama;
menjaga dan membersihkan Al Quran beserta segala isinya dari
kecenderungan-kecenderungan rasional yang dengan itu diupayakan bisa
memperkuat keyakinan terhadap Al Quran.
Kedua; pada
sisi lain, Ar-Razi meyakini pembuktian eksistensi Allah swt dengan dua
hal. Yaitu “bukti terlihat”, dalam bentuk wujud kebendaan dan kehidupan,
serta “bukti terbaca”, dalam bentuk Al Quran. Apabila merenungi hal
yang pertama secara mendalam, kita akan semakin memahami hal yang kedua.
Karena itu Ar-Razi merelevansikan keyakinan ilmiyah dengan kebenaran
ilmiyah dalam tafsirnya.
Ketiga; Ar-Razi
ingin menegaskan sesungguhnya studi balaghah dan pemikiran bisa
dijadikan sebagai materi tafsir, serta digunakan untuk menakwil
ayat-ayat Al Quran, selama berdasarkan kepada kaidah-kaidah yang jelas,
yaitu kaidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Metodologi Tafsir Ar Razi
- Perhatiannya dengan menjelaskan munasabah antar surah
Dr. Ad Zahabi menjelaskan, bahwa Ar Razi sangat mementingkan munasabah antar ayat dengan ayat lain, dan surah dengan surah yang lain, bahkan Ar Razi tidak hanya menyebutkan satu munasabah saja, tapi menyebutkan banyak munasabah.
- Perhatian Ar Razi pada ilmu riyadhiyah, dan fisafat.
Ar Razi dalam tafsirnya sangat memperhatikan terhadap ilmu riyadhiyah(
ilmu pasti), filsafat dan lain sebagainya. Beliau juga memaparkan
argumen-argumen filsafat kemudian membantahnya dengan argumen yang lebih
kuat.Walaupun beliau membantah dengan menggunakan dalil akal, namun
tetap sejalan dengan keyakinan ahlusunnah.
Penulis kasyfu ad zunuun mengatakan,” Didalam tafsir Ar Razi terdapat begitu banyak perkataan-perkataan mutakallimiin dan filosof. Ia keluar dari permasalahan kepermasalahan yang lain, sehinggga membuat pembaca mengagumi tafsir beliau”.
- Sikap beliau terhadap Muktazilah
Ar Razi, beliau sangat serius dalam
menghadapi muktazilah, dalam tafsirnya, terlebih dahulu beliau
memaparakan pendapat-pendapat muktazilah dan kemudian beliau membantah
dengan argumen yang kuat. Ibnu Hajar pernah mengatakan,” Bahwa Ar Razi
dicela karena banyak meriwayatkan syubhat secara tunai dan mengatasinya
secara kredit”. Namun hal ini tidak mengurangi kehebatan beliau sebagai
seorang ulama yang memperjuangkan agama islam.
- Pandangannya terhadap Ilmu Fiqih, Usul, Nahwu dan Balaghah.
Fakhru Ar Razi hampir-hampir tidak melewatkan ayat-ayat hukum kecuali beliau sebutkan semua mazhab-mazhab fiqih.[6][7]Begitu
juga ketika beliau memaparkan masalah-masalah fiqih, nahwu dan
balaghah, namun beliau tidak berbicara panjang lebar pada masalah
tersebut lebih dari pembahasan beliau yang berkaitan dengan alam ini,
dan riyadhiah.[7][8]
Dengan keluasan dan pemahaman beliau terhadap ilmu fiqih, sampai-sampai
beliau pernah mengutarakan,”Ketahuilah suatu waktu, terlintas pada
lisanku, bahwa surat yang mulia ini yaitu Al fatihah bisa ditarik
hikmah-hikmah dan permasalahan sebanyak sepuluh ribu.[8][9]
Penutup
Demikianlah sekilas profil dan manhaj Imam Ar Razi dalam tafsir kabiirnya,
tentunya makalah ini tidak bisa mewakili kehebatan dan keluasan ilmu
yang dimiliki oleh beliau, olehnya penulis berharap agar kita bisa
membaca dan mengkaji lebih dalam tafsir kabiir, sehingga kita bisa
rasakan akan keluasan dan ketinggian ilmu beliau. Wallahu a’lam bi shawaab.
[1][1]. DR. Muhammad husai az zahabi, at tafsir wal mufassiruun, darul hadits kairo,th. 2005, jilid 1 hal. 248.
[2][2]. ibid 249
[3][4]. DR. Muhammad Husain Az zahabi, , at tafsir wal mufassiruun, darul hadits kairo,th. 2005, jilid 1, hal. 249.
[4][5]Ad durarulkaminah. Jilid 2, hal 304.
[5][6][5][6]Kasyfu ad zunuun.jilid 2,hal. 299.
[6][7]. Dr. Muhammmad Husain Az Zahabi. , at tafsir wal mufassiruun, darul hadits kairo,th. 2005, jilid 1, hal. 253.
[7][8]. ibid.
[8][9]. ibid.
0 komentar:
Posting Komentar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh,,,
Mohon teman2 yang mengunjungi blog ini untuk meninggalkan sepatah dua patah kata pada blog ini. Syukron